Sosial Media
Home Ekonomi Mamuju Tengah Sulbar

Kata Ahli Penyedotan Pasir DAS Budong - Budong, Adalah Pola Normalisasi Sungai Secara Moderen dan Datangkan PAD, Haeruddin: DPRD Mamuju Tengah halangi tumbuhnya investasi

2 min read

 


Palu, Rencana PT Yakusa Tolelo Nusantara melakukan tambang pasir dengan metode penyedotan sedimen endapan yang memicu pendangkalan di DAS Budong - Budong, menemui reaksi berlebihan dari masyarakat sekitar. 


Untuk itu, reaksi berlebihan yang dibuat masyarakat memicu pakar geofisika angkat bicara atas sikap penolakan warga di sekitar muara DAS Budong - Budong.


Dalam pandangan ahli, salah seorang dosen Tekni Geofisika dari Universitas Tadulako (UNTAD) Palu, Sulteng, memberikan pandangan clear atas manfaat penambangan pasir dengan pola penyedotan, yang dianggapnya tidak memiliki dampak lingkungan yang merusak sama sekali.


Melalui hasil kajian dengan pola riset, yang diterima laman ini, ahli dan dosen Tekni Geofisika UNTAD Palu, Sulteng, Abdullah memaparkan ada pandangan keliru yang tercipta atau sengaja diciptakan dalam melihat rencana kehadiran PT Yakusa Tolelo Nusantara yang akan menambang pasir di DAS Budong - Budong.


"Saya kira, pandangan masyarakat bahwa penambangan pasir di sungai Budong - Budong akan mengganggu aktivitas nelayan,tentu ini pandangan keliru, sebab justru kehadiran penambangan pasir, akan mengurangi tingkat kerusakan karang, yang menjadi tempat ikan memijah atau bermain, sebab akan terjadi pengurangan endapan sedimentasi yang memicu pendangkalan" jelas Abdullah


Katanya, penambangan pasir dengan pola penyedotan ini, adalah pola normalisasi sungai DAS Budong - Budong secara modern, yang dapat mengurangi tingkat abrasi yang sudah cukup para di DAS Budong - Budong.


"Saya kira ini dampaknya malah lebih baik, karena akan meminimalisir tingkat abrasi yang dipicu pendangkalan sungai" kata Abdullah.


Penambangan pasir tentu tidak sekedar memberikan pengelolaan pemanfaatan ingkungan lebih ramah, tapi juga mengurangi biaya tinggi yang musti dikeluarkan pemerintah dalam upaya normalisasi sungai di DAS Budong - Budong.


"Sebab tambang pasir dengan metode penyedotan ini, akan mengangkat material sedimentasi yang memicu pendangkalan sungai di DAS Budong Budong, tentu juga memberi manfaat PAD bagi Pemda yang luar biasa besarnya, yang dapat digunakan membiayai pembangunan di Mamuju Tengah" ungkapnya.


Selain itu, penyedotan sedimentasi di sungai DAS Budong - Budong juga menyelamatkan sungai dari ancaman abrasi yang sangat parah saat ini, sebab akan mengurangi terjangan arus sungai yang deras yang mengikis tepi sungai.


"Karenanya, baik kebutuhan nelayan maupun lingkungan, tidak ada yang terganggu dengan penyedotan sedimen di DAS Budong Budong oleh penambang" jelas Abdullah.


Terpisah salah seorang aktivis lingkungan Sulbar, Haeruddin, menyoroti ketidakmampuan DPRD Mamuju Tengah, melihat dan memberikan penjelasan kepada masyarakat, akan dampak baik dari proses normalisasi sungai melalui praktik penyedotan tambang pasir.


"Nah tentu ini akan menjadi runyam diwaktu depan, kalua DPRD Mamuju Tengah juga tak memahami konsep pengelolaan lingkungan yang didalamnya ada target PAD bagi daerahnya, justru cenderung mereka menjadi provokasi bagi masyarakat yang tak paham" tuding Haeruddin.


Katanya, hendaknya DPRD Mamuju Tengah, melalui kewenangannya,menghadirkan ahli soal penanganan sedimentasi pada sungai, sebelum turun, sehingga mereka punya konsep menjelaskan soal dampak dari penambang yang melakukan penyedotan material sedimentasi di DAS Budong Budong sana.


"Tapi kalau DPRD tidak punya konsep yang matang, tentu justru DPRD Mamuju Tengah tampil menjadi penghalang investasi yang menguntungkan daerahnya" pungkas Haeruddin. (**)

Komentar
billboard banner 970 x 250
billboard banner 970 x 250
Additional JS